Loop Institute of Coaching

Home » Artikel » Mental Breakdown

Mental Breakdown

Banyak sekali kita temui pada sesi-sesi awal coaching seorang coach mengalami mental breakdown. Lantas bagaimana kita mengelola  ketika mental breakdown itu muncul saat sesi coaching dan apa saja penyebab mental breakdown serta bagaimana mengatasi atau mengelola mental breakdown ketika datang?

Apa itu mental Breakdown?

Mental Breakdown adalah kondisi stress berat yang membuat seseorang kesulitan menjalani aktivitas seperti biasa, bisa juga berupa suatu perasaan kecemasan berlebih yang dirasakan ketika apa yang diinginkan tidak sesuai yang diharapkan.

Apa saja penyebab mental breakdown dalam sesi coaching ?

1. Ekspektasi Coach terhadap coachee

Ketika seorang coach memiliki ekspektasi atau harapan melebihi harapan coachee nya maka coach akan mengalami perasaan bersalah dalam diri yang akhirnya menyebabkan rasa kekecewaan karena sesi dirasakan tidak berhasil sesuai harapan coach. 

2. Coachee dipaksa untuk melakukan apa yang direncanakan 

Tidak hanya coach yang bisa mengalami mental breakdown, coachee juga bisa mengalaminya. Hal ini bisa terjadi ketika dalam sesi coaching coach memaksa kepada coachee untuk melakukan seluruh rencana aksi yang dituliskan oleh coachee dan memaksa serta mengejar coachee untuk melaporkan kepada coach.

3. Asumsi coach tentang hasil sesi coaching.

Coach merasa gagal dalam sesi coaching nya dikarenakan coachee merasa tambah bingung dan tidak menemukan tujuan yang ingin dicapai ketika sesi coaching telah selesai. Padahal tidak semua sesi coaching harus mendapatkan hasil yang diinginkan coachee. Sebuah kesadaran kecil barupun bisa menjadi hasil coaching yang bermanfaat. 

Jika itu sudah terjadi bagaimana kita mengelola nya dan menghadapinya?

1. Rileks dan Sadari

Ketika coach menyadari memiliki intensi kepada coachee, maka coach merileks kan diri dengan menangkan diri bisa dengan teknik pernafasan dan tetap fokus pada coachee.

2. Kuatkan Presence/ kehadiran diri 

Salah satu kompetensi seorang coach yaitu presence atau hadir sepenuhnya untuk coachee. Ketika kita telah mengaplikasikan kompetensi ini, maka kita hanya akan berfokus pada diri coachee bukan lagi pada coach

3. Coaching itu banyak mendengar

Latih kembali Kompetensi Active Listening kita. Bisa jadi apa yang diinginkan coachee bukan melakukan tindakan melainkan menyamankan perasaan yang dialaminya. Dengan kita banyak mendengar maka kita akan dapat menangkap keyword dari coachee yang menjadi issue dari coachee kita selama sesi coaching.

4. Menyadari pilihan dan konsekuensi ada di diri Coachee

Hal ini penting, ketika coachee tidak menjalani apa yang dikomitmenkan dalam sesi coaching. Ini sepenuhnya bukan salah kita sebagai coach. Ingat, bahwa yang menjadi bintang dalam coaching adalah coachee. Dimana semua keputusan dan komitmen yang akan menjalankan adalah coachee.

Coaching tidak hanya sebuah percapakan formal mengenai target dan rencana serta tindakan yang akan diambil. Coaching juga bisa diterapkan dalam percakapan sehari-hari ketika kita bersantai dengan teman di café, ketika kita berdiskusi dengan orang terdekat, orang tua dan siapa pun. Jadi nikmati percakapan coaching Anda, apapun situasinya.

Baca juga: Menemukan potensi melalui coaching

Scroll to Top
Scroll to Top