“A bird sitting on a tree is never afraid of the branch breaking, because her trust is not on the branch but on her own wings.” — Anonymous
Sebagian dari kita mungkin cukup mengenal atau pernah mendengar kutipan di atas, yang memiliki arti untuk percaya pada diri sendiri. Sebuah kutipan yang mungkin mudah diucapkan namun sulit untuk dilakukan. Karena kita seringkali menjadi musuh terbesar diri kita sendiri, penghalang tersulit untuk kita melangkah maju. Dan itupun yang terjadi pada saya.
Setahun kebelakang merupakan tahun dimana saya seringkali meragukan diri sendiri. Karena setelah 3 tahun bekerja di perusahaan saat itu masih tidak ada tanda-tanda mendapatkan promosi padahal usia dan pengalaman saya bisa dikatakan sudah cukup senior. Ketentuan perusahaan yang mengharuskan karyawannya memberikan 120% dan mencari “panggung” untuk dirinya tampil, sangatlah tidak sejalan dengan prinsip hidup saya untuk work-life balance. Meskipun demikian, ketika saya melihat rekan sejawat yang jauh lebih muda mendapatkan promosi dan akhirnya dalam posisi jabatan yang sama dengan saya, cukup membuat saya mempertanyakan diri sendiri. Apa yang salah dengan cara saya? Apakah kemampuan saya kurang? Apakah prinsip hidup saya harus diubah? Semua pertanyaan negatif yang meragukan diri sendiri bermunculan.
Di saat penuh keraguan tersebut ternyata saya tidak sendiri. Anggota tim saya kerap datang untuk berkonsultasi membicarakan permasalahan mereka, baik personal maupun profesional, yang seringkali juga berakar dari ketidakpercayaan terhadap diri sendiri. Karena kebiasaan pekerjaan, selama proses konsultasi tersebut saya secara tidak sadar cenderung memberikan pertanyaan kembali ke anggota tim saya untuk mengetahui pemikiran dari sisi mereka terlebih dahulu sebelum memberikan masukan atau komentar apapun.
Dimulai dari sesi konsultasi dengan anggota tim, membuat saya melihat diri saya melalui sudut yang berbeda. Dan ini membuka mata saya bahwa ternyata ada hal lain yang dapat memberikan kepuasan berbeda di pekerjaan saya, yaitu ketika saya dapat membantu tim saya mendapatkan pencerahan dari situasi yang mereka hadapi. Dari situ, saya mulai mencari berbagai alternatif pembelajaran yang dapat mendukung peminatan saya dalam hal pengembangan individu. Setelah menempuh berbagai pertimbangan dengan beberapa pihak dan menilai peluang yang ada, saya melihat coaching adalah hal yang paling tepat untuk diambil saat ini.
Baca juga artikel Cara Menggali Potensi Diri Melalui Self-Coaching!
Sebelum benar-benar mengikuti program sertifikasi coaching yang diadakan oleh Loop Institute of Coaching, saya pikir coaching dalam prakteknya akan banyak melibatkan opini dan sudut pandang dari coach. Namun pemikiran tersebut ternyata salah besar. Berdasarkan International Coaching Federation (ICF), coaching didefinisikan sebagai bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya dengan proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif. Coaching sendiri bertujuan untuk membuka potensi seseorang untuk memaksimalkan performanya. Hal ini membantu mereka untuk belajar daripada mengajarkan mereka. Dengan kata lain, fokus sudut pandang dan opini adalah milik coachee dan coach hanya memfasilitasi prosesnya
Lalu bagaimana coaching itu sendiri membantu mengenal diri kita? Melalui pertanyaan-pertanyaannya, coach membantu membuka wawasan baru tentang diri kita sendiri yang mungkin tidak pernah kita sadari atau terlupakan oleh kita. Seorang coach akan membantu kita melihat diri kita dari sudut pandang yang berbeda dan memberikan perspektif baru tentang kemampuan dan potensi kita. Ini membantu kita memahami kekuatan dan kelemahan kita dengan lebih baik, dan membuat kita lebih percaya diri dalam mengambil keputusan yang tepat.
Namun perlu diingat bahwa coaching bukanlah terapi melainkan fokus pada tindakan dan kemajuan yang ingin dicapai oleh coachee. Diri coachee perlu untuk memiliki pola pikir terbuka dan keinginan kuat untuk mencapai tujuannya. Jika tidak, proses coaching yang dilakukan tidak akan maksimal.
Jadi, tertarikkah Anda untuk berproses mengenal diri Anda melalui metode coaching?
Artikel karya: Diah Ismiyanti, LCPC – batch 54