Dalam keluarga pastilah kita akan menjumpai adanya permasalahan. Permasalahan dari keluarga yang terdiri dari kondisi yang membuat stres dan peristiwa traumatik, tidak mudah dilalui begitu saja oleh individu di dalam keluarga, seperti peristiwa pandemi yang menyebabkan adanya kehilangan pekerjaan, kehilangan keluarga, dan situasi lain yang dapat menimbulkan stres. Peristiwa sulit yang dihadapi oleh individu akan berimbas pada situasi di dalam keluarga. Dengan demikian, individu perlu beradaptasi dengan peristiwa sulit yang dihadapinya sehingga dapat berperan di dalam keluarga. Individu dikatakan resilien jika dapat bangkit dari keterpurukannya ketika menghadapi masalah dan ia juga dapat mengembangkan dirinya.
Coaching merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk membantu individu agar tetap resilien ketika menghadapi situasi yang sulit dan juga dapat memaksimalkan perannya masing-masing di dalam keluarga. Ada dua proses coaching yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan individu dan peran individu di dalam keluarga, yaitu coaching secara personal yang dalam hal ini bertujuan fokus untuk mengembangkan potensi diri dalam membangun resiliensi individu. Selain itu, coaching yang dilakukan dalam kelompok dengan melibatkan anggota keluarga, yang fokus pada menyadari peran dalam keluarga dan melakukan sejumlah aksi yang dapat membangun adanya resiliensi keluarga.
Baca juga artikel Potensi dan Nilai Diri!
Ketika individu di dalam keluarga resilien, maka akan memperkuat pula resiliensi di dalam keluarga. Froma Walsh merupakan ahli dalam resiliensi keluarga, mengemukakan adanya pandangan yang positif dalam menghadapi situasi yang dihadapi sehingga dapat menimbulkan adanya optimistik dan harapan untuk dapat mengatasi masalah. Froma Walsh mengemukakan dengan pandangan yang positif, maka dapat membangun potensi dalam keluarga. Dalam teknik coaching pandangan positif ini dapat digali melalui pertanyaan-pertanyaan dalam coaching yang berkaitan dengan penggalian terhadap pikiran, perasaan sehingga membantu individu untuk memperluas sudut pandangnya dan mengarahkan individu pada suatu tujuan ke depan.
Froma Walsh juga mengemukakan pentingnya dalam memberikan makna dalam situasi yang sulit. Apabila makna yang kita berikan pada situasi sulit merupakan makna yang membuat kita susah atau bisa juga disebut makna negatif, maka yang terjadi kita akan memandang hal tersebut merupakan suatu petaka dalam kehidupan di keluarga. Sebaliknya, jika individu di dalam keluarga memandang situasi yang sulit yang dihadapi keluarga adalah makna yang memberdayakan, maka individu dalam keluarga akan memandang setiap kesulitan adalah suatu proses belajar maka keluarga tersebut semakin dapat mengembangkan potensinya. Coaching dapat digunakan untuk menggali adanya makna yang diberikan oleh individu di dalam keluarga dan konsekuensi yang ditimbulkan dari adanya makna yang diberikan oleh individu di dalam keluarga tersebut. Dengan demikian, individu di dalam keluarga menyadari hal yang dipikirkan, dirasakan, dan dampaknya dari pikiran atau makna yang dia sematkan pada suatu peristiwa yang terjadi dalam keluarga. Contoh pertanyaan coaching untuk menggali makna adalah Apa makna yang anda berikan dalam situasi tersebut? Lalu bisa dilanjutkan dengan pertanyaan: Apa yang akan terjadi jika anda memaknai situasi seperti itu? Dengan adanya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam coaching, maka individu dalam keluarga akan semakin resilien atau memiliki daya tahan dalam menghadapi situasi sulit. Tentunya akan membuat keluarga tempat kita bernaung semakin resilien, yaitu dapat bangkit kembali ketika menghadapi permasalahan dan tetap dapat memaksimalkan dalam potensi keluarga tersebut.
Artikel karya: Veronica Kristiyani, LCPC – CPCP 48