Mendengar kata ‘coaching’, biasanya langsung terbayang Coach team olahraga. Di setiap pertandingan sepak bola, kita lihat sang Coach berada di pinggir lapangan. Ia memberikan semangat, instruksi, ikut senang ketika timnya tampil prima di lapangan dan tampak tegang saat timnya dalam tekanan. Di luar dunia olahraga, kita juga mendengar istilah ‘Coach’ sering dipakai di perusahaan dalam pengembangan sumber daya manusia maupun istilah ‘Life Coach’ yang akhir-akhir ini mulai digunakan di masyarakat. International Coaching Federation (ICF) mendefinisikan “Coaching” adalah Bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya dengan menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif. Dari definisi di atas, tujuan proses coaching adalah untuk memaksimalkan potensi pribadi yang dimiliki oleh setiap orang dan dalam masa pertumbuh menuju dewasa banyak sekali manfaat coaching bagi remaja yang akan dirasakan.
Setiap manusia terlahir dengan potensi diri yang unik. Dalam perkembangannya mulai dari masa kanak-kanak kemudian memasuki usia sekolah, menjadi remaja dan tumbuh dewasa, individu tersebut akan mendapatkan banyak pengalaman yang membuatnya lebih mengenal potensi dirinya. Dalam proses coaching setiap individu dapat membantu menemukan potensi terbaiknya.
Aktivitas yang dilakukan baik di sekolah misalnya, akan membantunya untuk mengetahui kemampuan dan minat akademisnya. Sedangkan kegiatan di luar bidang akademis seperti mengikuti kursus, organisasi dan bergaul dengan teman sebaya akan memperkenalkan dirinya dengan hal-hal yang ia sukai maupun kurang sukai. Ada remaja yang senang ikut dalam berbagai organisasi, ada yang senang olahraga individual, ada yang senang olahraga dalam kelompok, gemar menyanyi, melukis dan lain sebagainya.
Jika pengalaman-pengalaman ini terkelola dengan baik dan individu tersebut mampu mengolah pengalamannya, dapat diharapkan bahwa ia akan mengenali potensi dan minat dirinya sehingga dapat memilih kelanjutan studinya maupun jalur karirnya di masa dewasa. Namun tidak semua individu dapat melakukan refleksi dan kontemplasi terhadap pengalamannya. Tekanan dari teman sebaya, ikut-ikutan teman, pengaruh lingkungan bisa membuat remaja galau. Harapan dan arahan dari orangtua dan keluarga pun kadang dapat menimbulkan konflik dalam diri sang remaja. Melihat hal tersebut dengan proses coaching bagi remaja dapat mengatasi kegalauan yang disebabkan lingkungannya.
Untuk lebih mengenali diri lebih dalam lihat disini
Orangtua berkeinginan untuk membantu, mengarahkan anak remajanya padahal belum tentu mengenal anak remajanya secara mendalam. Pada situasi seperti inilah seorang professional Coach yang dapat membantu si remaja untuk melihat ke dalam dirinya melalui proses coaching untuk memaksimalkan potensi agar dapat menemukan potensi terbaiknya.
Berbeda dengan seorang konselor atau psikolog yang cenderung akan memberikan nasehat dan arahan, seorang professional coach akan menstimulasi si remaja untuk menemukan solusi dan jawabannya sendiri. Dalam proses coaching klien/coachee akan merasaka coaching akan menstimulasi pikiran dalam diri untuk lebih mengenal diri sendiri, apa yang ia rasakan, apa yang membuatnya bersemangat atau justru patah semangat sampai pada diskusi tentang hambatan apa yang perlu ia hindari dalam mencapai keinginannya. Keputusan maupun rencana tindak lanjutnya pun akan keluar dari diri sang anak agar dia lebih merasa terlibat dalam proses penemuan dirinya dan dengan demikian memiliki komitmen untuk mewujudkannya, bukan untuk memenuhi keinginan dan harapan orangtuanya saja.
Setelah mengikuti proses coaching bagi remaja tersebut diharapkan lebih percaya diri dan termotivasi untuk mengoptimalkan potensi dirinya. Orangtua dapat memberikan dukungan yang lebih terarah kepada anak remajanya dan terhindar dari salah paham yang berpotensi menimbulkan konflik. Dengan dukungan orangtua dan pengenalan potensi diri sendiri melalui proses coaching, besar harapannya coaching bagi remaja akan dapat memasuki tahapan berikutnya, baik di bidang akademik, sosial maupun karir dengan lebih lancar dan bersemangat
Artikel karya: Purborini Sulistiyo, LCPC – CPCP 48