Sekolah inklusi adalah sekolah yang menggabungkan anak reguler dengan berkebutuhan khusus di mana semua anak mendapatkan pembelajaran dan perlakuan yang sama. Manfaat dari sekolah inklusi adalah anak berkebutuhan khusus akan mendapatkan model/contoh dalam beraktivitas di kelas serta belajar bersosialisasi serta mendapatkan kosakata baru dari interaksi sosial, sementara anak reguler tumbuh rasa empatinya dengan melihat temannya yang berkebutuhan khusus untuk bertoleransi dan membantu temannya yang membutuhkan bantuan. Komposisi jumlah murid reguler dan anak berkebutuhan khusus (ABK) harus ditentukan dari awal agar kelas berjalan lancar dan kondusif, biasanya 20-30% untuk ABK dan sisanya anak reguler. Untuk ABK nya juga perlu ditentukan ABK seperti apa yang dapat diterima sekolah sesuai dengan kemampuan pihak sekolah untuk menangani ABK tersebut serta apakah ABK tersebut membutuhkan guru pendamping atau tidak, agar keamanan dan kenyamanan proses belajar mengajar dapat berjalan lancar.
Kebutuhan akan sekolah inklusi setelah pandemi semakin tinggi di mana terjadi peningkatan anak berkebutuhan khusus terutama setelah 3 tahun pandemi global yang kita alami. Belum banyak sekolah inklusi di Indonesia dikarenakan mengelola sekolah inklusi tidaklah mudah. Sebuah sekolah inklusi memerlukan sumber daya manusia yang sabar dan pengetahuan yang cukup dalam mendampingi ABK. Selain anak murid yang perlu dididik, bekerjasama dengan orang tua ABK dalam proses belajar anak juga memiliki tantangan tersendiri. Masih banyak orang tua yang memberikan semua tanggungjawab pendidikan anak pada sekolah sehingga perkembangan anak menjadi tidak optimal.
Peranan guru dan orang tua dalam sebuah sekolah inklusi sangat penting. Peranan orang tua anak reguler dibutuhkan untuk mengerti bahwa ada ABK di kelas yang sama dengan anak merek. Sehingga jika terjadi konflik antar anak, orang tua dapat mengerti.Tentunya peranan orang tua ABK lebih dibutuhkan lagi, yaitu selain ikut membantu proses belajar anak di rumah agar pembelajaran yang diberikan di sekolah bisa optimal serta harus memiliki tujuan yang sama dengan pihak sekolah dan diharapkan orang tua tidak mengistimewakan anak istimewa mereka agar proses perkembangan kemandirian anak dapat tercapai.
Tentunya peranan guru memegang peranan kunci di sekolah di mana selain guru memiliki pengetahuan yang cukup dalam upaya penanganan anak berkebutuhan khusus, guru juga harus memiliki kesabaran di mana seringkali anak belum dapat mengelola emosinya serta masih memiliki keterbatasan komunikasi sehingga ABK mudah tantrum atau marah-marah. Saat anak tantrum ada yang destruktif dan ada yang tidak. Untuk yang destruktif seperti memukul, mencakar, mendorong atau bahkan melukai diri sendiri, guru harus sabar dan siap menangani anak tersebut. Guru seringkali terluka saat menangani anak yang tantrum.Peranan pimpinan sekolah untuk memberikan arahan, dukungan dan kenyamanan dalam bekerja sangat diperlukan sehingga guru dapat bekerja dengan semangat dan ikhlas.
Untuk itu program coaching dapat diberikan oleh pemimpin sekolah kepada para guru dengan percakapan ataupun diskusi yang dapat membantu guru mengenali potensi dirinya serta dukungan untuk menemukan solusi dan kekuatan dalam membersamai anak didiknya. Selanjutnya guru juga bisa menentukan rencana aksi atau tindakan untuk mewujudkan impiannya. Diskusi dan percakapan yang baik dalam coaching dapat menggali ataupun membuka potensi guru. Oleh karena itu kemampuan coaching perlu dipelajari oleh seorang pemimpin agar dapat mewujudkan harapan guru, karyawan dan institusi yang dibinanya.
Baca juga Artikel Membantu Orang Tua Anak Berkebutuhan Khusus Melalui Coaching!
Selain pada guru dan karyawan pada institusi pendidikan, coaching juga dapat dilakukan pada orang tua, baik orang tua siswa terutama pada orang tua anak berkebutuhan khusus pada institusi tersebut khususnya ataupun orang tua yang baru mengetahui bahwa mereka memiliki anak berkebutuhan khusus pada umumnya. Orang tua ini seringkali ditemukan memiliki kesedihan yang berkepanjangan, kekawatiran dan ketidaktahuan apa yang harus mereka lakukan pada anak mereka. Dengan coaching semoga mereka tidak merasa sendirian, ada tempat bercerita agar mereka tidak penat, sehingga mereka dapat menemukan semangat, kebahagiaan, solusi, rencana aksi dan tindakan yang konkret demi putera dan puteri mereka. Jika hal ini terwujud, orang tua siswa dan guru dapat beriringan dan bergandengan tangan dalam mencapai tujuan untuk generasi penerus bangsa yang memiliki budi pekerti baik yang akan meneruskan bangsa ini.
Artikel Karya: Dra. Rina Jayani, Mont. Dipl, LCPC – Batch 54