Loop Institute of Coaching

LIFE COACHING : GADGET MINDED

 
Berbicara mengenai kemajuan dan perkembangan teknologi informasi saat ini, kita bisa mengamati bahwa hal ini sangat berdampak terhadap pola hidup manusia secara global. Automatisasi, efisiensi, dan kecepatan menjadi hal yang lumrah dan menjadi kebutuhan yang harus dimiliki. Khususnya pada aspek ketergantungan manusia terhadap perangkat teknologi, atau yang kita kenal sebagai gadget. Saat ini gadget merupakan kebutuhan yang ‘wajib’ dimiliki dan melekat pada setiap orang, minimal sebuah handphone/smartphone kita miliki. Di mulai saat kita terbangun dari tidur, hal pertama yang kita lihat mungkin saja adalah gadget. Kita sering melihat notifikasi pesan, chat, panggilan, maupun alarm. Kebutuhan gadget sudah merambah ke berbagai aspek, dimulai dari pekerjaan, bisnis, hobi, transaksi, dan masih banyak lainnya. Karena itu, tidak asing lagi apabila beberapa orang yang mengatakan “dikit-dikit hape, dikit-dikit hape”atau “dikit-dikit gadget, dikit-dikit gadget” sehingga muncul istilah gadget minded”. Bahkan ada juga yang menyebutkan istilah “gadget family” yang diperuntukkan bagi keluarga yang sedang berkumpul pada sebuah tempat namun sibuk dengan gadget-nya masing-masing. untuk itu kita perlu mengenal Life Coaching : Gadget Minded yang bisa menjadi solusi bagi tantangan yang dihadapi di masa kini dan masa depan.

 

 

Banyak asas kemanfaatan dari gadget ini, namun juga banyak orang yang menilai gadget juga berbahaya terutama jika disalahgunakan. Penggunaan gadget juga tidak mengenal usia, bahkan balita pun sudah di’cekoki’ gadget oleh orang tuanya dengan alasan supaya tidak rewel, mau makan, maupun agar tidak menangis. Terlebih untuk anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah, kasus sering kita temui adalah orang tua menilai bahwa anak tersebut lebih cenderung bermain game secara berlebihan tanpa mengenal waktu. Bahkan hingga berdampak pada kesehatan fisik maupun mental si anak tersebut. Kemudian saat kita melarang anak untuk tidak bermain gadget, alih-alih anak patuh dengan larangan kita. Mereka justru cenderung melawan dan menolak larangan kita. Hal-hal itu yang sering kali menjadi dilema kita, terlebih jika kita sebagai orang tua. Di satu sisi kita ingin anak kita mengikuti perkembangan zaman, namun ada ketakutan yang menghantui.

Kemudian ada juga jenis penyalahgunaan gadget lainnya yang sering kita temukan, seperti mengakses situs porno, penipuan, cyber bullying, menyebar berita bohong, dan sebagainya. Bagaikan pisau bermata dua, kita perlu “siasat” dalam penggunaan gadget, baik untuk kita maupun orang di sekeliling kita. Ketika menyadari hal tersebut, langkah selanjutnya yang dapat dipikirkan adalah bagaimana cara memanfaatkan gadget ini untuk dapat memberikan asas manfaat yang baik untuk kitadan orang di sekeliling kita. Tentu pemikiran ini akan muncul dengan berbagai macam solusi atau alternatif yang berbeda-beda tergantung oleh setiap individu. Jika pemanfaatan gadget ini berada di tingkatan yang dapat memberikan kebaikan, hal yang perlu dipikirkan kembali adalah bagaimana gadget dapat secara signifikan memberikan dampak positif dan bersifat konstruktif. Berbagai macam cara dapat dilakukan untuk dapat mewujudkannya, salah satunya adalah dengan metode coaching. “Life Coaching : Gadget Minded” akan memberikan pengalaman yang baru bagi kita dalam berpikir dan menemukan solusi atas tantangan dan masalah yang kita hadapi dimasa kini maupun masa yang akan datang. Proses coaching dilakukan oleh seorang coach kepada client-nya yang bisa disebut coachee. Coaching juga dapat dimanfaatkan untuk mengetahui bakat dan kemampuan diri dalam meningkatkan kualitas yang beriringan dengan mimpi, keinginan, dan tujuan coachee. Keberhasilan dari proses coaching tentu tidak lepas dari niat, kesungguhan/komitmen, dan aksi yang dilakukan oleh coachee sendiri. Seorang coach akan senantiasa menggali dan mengekplorasi ruang pemikiran coachee sehingga muncul kesadaran atas permasalahan yang dihadapinya.

Dengan pengalaman melalui coaching, sudut pandang mengenai asas pemanfaatan maupun masalah gadget minded setidaknya dapat terus berkembang seiring dengan dinamisasi di lapangan yang dialami oleh coachee. Kita ambil contoh pada pemanfaatan gadget-minded sebagai profesi, salah satunya yaitu atlet permainan elektronik atau yang biasa kita ketahui sebagai atlet e-sport. Terkadang atlet merasakan kejenuhan dalam kesehariannya saat melaksanakan proses latihan yang monoton, penat karena merasa tidak berkembang, dan yang akhirnya berujung pada demotivasi maupun tidak percaya diri. Selain itu mungkin saja dia juga merasa bahwa tidak ada “chemistry” yang pas antara dirinya dengan rekan satu timnya. Jika berlarut-larut, hal-hal demikian akan menjadi bom waktu yang dapat menghancurkan karir si atlet tersebut di kancah profesional. Oleh karena itu dibutuhkan peran seorang coach yang tidak hanya mengerti mengenai taktik dan strategi bermain, namun juga dapat meningkatkan kesadaran diri dan memotivasi pemain bahwa dia mampu untuk berkembang menjadi lebih baik, baik secara individual maupun tim. Dimulai dengan membangun rasa saling percaya antara coach dengan atlit, hubungan keduanya akan terbentuk dengan baik dan selaras dengan tujuan mereka. Dampaknya adalah seiiring berjalannya waktu dan dengan pola latihan yang baik, atlit tersebut akan mengalami peningkatan kualitasnya bahkan sampai memperoleh prestasi dalam kejuaraan yang diikutinya.

Berbicara kembali mengenai gadget minded, baik buruknya tergantung bagaimana kita memikirkannya, karena setiap individu memiliki potensi untuk menjadi lebih baik. Sewajarnya kita tidak perlu takut dengan “penyakit” gadget minded meskipun mau/tidak mau kita pasti akan merasakan dampaknya. Berbagai macam solusi pasti akan banyak kita temui baik dari sumber terbuka maupun pengalaman orang lain. Namun terkadang yang perlu kita garis bawahi yaitu tentang seberapa kesadaran kita atas solusi yang kita temukan supaya dapat diterapkan dengan baik. Kita butuh sesuatu untuk menguatkannya. Melalui proses coaching, kesadaran dan tekat dapat dimunculkan sehingga kita dapat menerapkan solusi yang telah kita temukan dengan lebih optimal dan lebih baik. Melalui proses coaching, seorang coach akan berusaha menggugah dengan pertanyaan berikut:
 
  • Apa fungsi dari penggunaan gadget di kehidupan anda dan keluarga?
  • Bagaimana cara anda dan keluarga memanfaatkannya selama ini?
  • Menurut anda, seberapa baik anda dan keluarga telah memanfaatkan gadget?
  • Bagaimana cara anda mengendalikan penggunaan gadget khususnya di dalam keluarga kita?
  • Apa dampak buruk yang muncul dari penggunaan gadget di kehidupan anda dan keluarga?
  • Apa manfaat gadget dalam usaha/pekerjaan?
  • Apa yang perlu dipelajari dalam meningkatkan usaha/pekerjaan dengan menggunakan gadget?
  • Dan sebaigainya.
Dengan demikian kita akan dapat berfikir lebih proaktif dan positif untuk dapat mengubah ketakutan kita menjadi ide-ide brilian dengan aksi nyata yang selaras.

Artikel karya: Gigih Bagus Pambekti, LCPC – CPCP 39

Scroll to Top
Scroll to Top