Loop Institute of Coaching

Home » Artikel » Coaching untuk Keluarga

Coaching untuk Keluarga

Apa itu Keluarga

Menurut Wikipedia, Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

  • Keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan anak.
  • Keluarga konjugal yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak mereka yang terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua.
  • Keluarga luas yang ditarik  atas dasar garis keturunan di atas keluarga aslinya, meliputi hubungan antara paman, bibi, kakek, dan nenek.

Apa itu Coaching

Banyak yang mendefinisikan coaching, salah satunya adalah International Coaching Federation (ICF) mendefinisikan :

Coaching is partnering with clients in a thought-provoking and creative process that inspires them to maximize their personal and professional potential” – Coaching adalah bentuk kemitraan bersama klien (Coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya dengan proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.

Coaching is unlocking a person’s potential to maximise his or her own performance. its helping them to learn rather than teaching them Sir John Whitmore, ‘Coaching for Performance’ – Coaching membuka potensi seseorang untuk memaksimalkan performanya. Hal ini membantu mereka untuk belajar daripada mengajarkan mereka.

Coaching berkaitan dengan “bagaimana” berrgerak maju dari tempat Coachee sekarang, dan merancang perubahan untuk mencapai tingkatan yang Coachee  inginkan. Hal tersebut berorientasi pada tindakan dan fokus dengan kondisi sekarang dan masa depan bukan pada masa lalu. Seorang Coach dapat membantu Coachee untuk :

  • Mencapai tujuan dan target performa
  • Memecahkan masalah
  • Merencanakan tindakan kedepan
  • Membuat keputusan
  • Dan lainnya.

Apa itu Budaya

Menurut wikipedia budaya berasal dari kata bahasa Sansekerta yang berarti “buddhayah” dan memiliki makna di mana segala sesuatu yang terkait erat dengan akal budi manusia. Sementara jika dilihat dari segi pembicaraannya, Budaya merupakan cara hidup yang dimiliki oleh setiap kelompok Masyarakat yang lalu di wariskan secara turun – turun ke generasi penerusnya. Dari berbagai perbedaan yang ada di tengah-tengah masyarakat seperti Agama, Politik, Suku, Peraturan, bangun atau seni akan membentuk dari suatu budaya itu sendiri.

Dapat disimpulkan budaya adalah suatu kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus bahkan turun temurun sehingga dijadikan cara hidup dalam suatu masyarakat. Budaya dapat diterapkan jika ada suatu sistem yang kuat dan diberlakukan suatu hukuman sehingga terpicu untuk mengikutinya. Contoh dalam penerapan pemakaian sabuk pengaman bagi pengendara roda empat di Indonesia. Pada awal pemberlakuan diterapkan hukuman agar masyarakat terbiasa dan berlaku secara terus menerus. Setelah kurun waktu beberapa tahun hal ini sudah terbiasa dan terbentuk menjadi suatu budaya.

Apa itu Budaya Coaching

Menurut Carol Wilson dalam jurnalnya Budaya Coaching adalah seni mengelola hubungan antar manusia di tempat kerja dengan mempercayai bahwa setiap orang memeiliki potensi yang perlu dikembangkan di area kerja dan kehidupan.

Selanjutnya Carol Wilson menjelaskan hal-hal yang perlu dikembangkan dalam prinsip budaya coaching adalah : 

  • Responsibility (Tanggung Jawab)

Tanggung jawab sangat diperlukan dalam kepemimpinan. Makin besar tanggung jawa seseorang semakin tinggi akuntabilitasnya.

  • Self Belief (Keyakinan/Percaya Diri)

Didorong oleh pujian dari atasan dan rekan-rekan kerjanya, bukan dari luar.

  • Blame Free (Bebas dari rasa Bersalah)

Dalam proses pembelajaran, orang harus diberikan ruang untuk berbuat kesalahan, trial and error tanpa rasa takut. Diberi kesemoatan untuk menunjukkan keahliannya, untuk memperbaiki kesalahan akan membuat seseorang merasa puas, bangga dan maningkatkan motivasinya.

Jika prinsip itu dilakukan secara terus menerus dan konsisten maka akan terbentuk suatu kebiasaan yang menjadi budaya yang dinamakan budaya coaching.

Apakah Budaya Coaching Bisa Diterapkan di Keluarga ?

Keluarga yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang juga bisa dikatakan organisasi terkecil juga merupakan tim. Jika dikatakan tim maka anggota keluarga satu sama lain saling terkait untuk mencapau tujuan. Jika keluarga diibaratkan organisasi maka prinsip-prinsip budaya coaching sudah tentu bisa diterapkan dalam keluarga. Pertanyaannya adalah “Bagaimana memulai Budaya Coaching dalam Keluarga? Hal utama yang dilakukan adalah menjelaskan arti dan manfaat coaching kepada seluruh anggota keluarga. Kemudian mengenalkan prinsip-prinsip budaya coaching diaplikasikan dalam Keluarga sebagai berikut :

  • Responsibility

Dalam keluarga, Ayah mengambil alih tanggung jawab atas semua kegiatan yang akan dilakukan. Namun rasa tanggung jawab ini juga harus dimiliki oleh ibu serta anak-anak dalam menjalankan rencana aksi yang dibuat dalam proses coaching.

  • Self Belief

Dengan saling memuji anatara anggota keluarga akan meningkatkan rasa percaya diri terhadap semua rencana aksi yang akan dilakukan dalam proses coaching.

  • Blame Free

Setiap anggota keluarga diberikan kesempatan trial and error dalam melaksanakan rencana aksinya dengan memberikan ruang untuk kembali memperbaikinya. Hal tersebut akan menaikan motivasi dan selalu manyadari diri untuk tidak menyalahkan orang lain jika terjadi hal yang tidak sesuai yang diinginkan.

Setelah menerapkan prinsip-prinsip budaya coaching dalam keluarga maka membuat rencana langkah-langkah yang akan dilakukan sebagai berikut :

  1. Mengetahui    Personal Genetic masing-masing anggota keluarga
  2. Menentukan    tujuan  masing-masing anggota keluarga
  3. Menentukan tujuan bersama
  4. Membuat program coaching baik personal maupun keluarga
  5. Memulai program coaching
  6. Evaluasi pelaksanaan program coaching
  7. Jaga momentum, pastikan semua program berjalan agar konsisten baik di depan, tengah maupun di akhir program.

Dalam melaksanakan program diatas, sebuah Keluarga dapat memanggil eksternal coach dan bekerja sama dalam menjaga agar rencana aksi masing-masing anggota keluarga komitmen dilaksanakan. Contohnya adalah ketika Ayah dan Ibu melaksanakn proses coaching maka mereka akan saling memonitoring dalam melaksanakan rencana aksinya. Sedangkan monitoring rencana aksi anak-anak dilakukan oleh Ayah dan Ibu. Jadi dalam hal ini Ayah sebagai mentor ibu dan ibu sebagai mentor Ayah. Ayah dan ibu sebagai mentor untuk anak- anaknya.

Sedangkan untuk mencapai tujuan bersama maka akan dilakukan coaching keluarga yang akan menghasilkan rencana aksi yang sama dimana mereka terkait satu sama lain dalam pencapaian goal. Disinilah tugas eksternal coach untuk mendampingi.

Demikian   hal  tersebut  secara terus menerus sehingga akan menjadi suatu kebiasaan   yang dinamakan budaya coaching dalam keluarga. Hal ini harus terus dilakukan dalam jangka waktu yang lama secara komitmen yang pada akhirnya kenyamanan dalam penerapan budaya coaching serta manfaatnya akan dirasakan oleh semua anggota. 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top
Scroll to Top