Loop Institute of Coaching

EXECUTIVE COACHING Part 1 (Dukungan Bagi Leader dalam Menghadapi Perubahan Organisasi)

Heraclitus, seorang filsuf Yunani kuno, mengatakan bahwa : “Yang tidak pernah berubah dalam kehidupan ini adalah perubahan itu sendiri”.

EXECUTIVE COACHING

Dalam dunia VUCA saat ini yang penuh dengan volatilitas, ketidakpastian, kompleksitas, dan ambiguitas, organisasi menghadapi perubahan-perubahan yang cepat dan tidak terduga. Diantaranya adalah, perubahan bentuk dan ukuran organisasi, meningkatnya kompetisi, munculnya model-model bisnis baru yang sangat kuat berbasiskan teknologi. Melewati masa pandemik, organisasi juga mulai beradaptasi dengan pola kerja baru yang berbeda. Perubahan dunia kerja ini memunculkan objektif atau tujuan baru dari organisasi. Untuk ini, organisasi perlu melakukan perubahan-perubahan, penyesuaian, penyusunan strategi baru,  demi menjaga kelanggengan bisnis dan meningkatkan keunggulan kompetitifnya.

Bagi individu yang terlibat dalam organisasi semacam itu, perubahan bukanlah suatu hal yang mudah diterima dengan cepat dan senang hati. Sering kali muncul penolakan terhadap perubahan yang diakibatkan antara lain oleh munculnya ketakutan akan ketidak-jelasan akibat perubahan tersebut, perasaan khawatir akan hilangnya kendali atas pekerjaan dan lingkungan yang sudah dikuasainya dengan baik, ketakutan akan kehilangan zona nyaman yang selama ini dirasakan, ketidak-jelasan informasi dan komunikasi dengan pembuat keputusan, dan faktor-faktor pribadi seperti kepribadian, pengalaman masa lalu dan nilai-nilai dasar yang diyakini. 

John Maxwell, seorang Guru Kepemimpinan mengatakan : ”Perubahan adalah sesuatu yang tidak terhindarkan. Bertumbuh adalah sebuah pilihan”. Disini terkesan makna, bahwa seseorang memiliki pilihan, apakah ia akan mengemudikan perubahan itu, atau ia akan tergerus oleh perubahan tersebut. Ada faktor eksternal yang terjadi diluar dirinya, yaitu perubahan organisasi, dan aspek internal dalam diri individu, yaitu kesiapan dan kesediaan untuk menerima perubahan tersebut.

EXECUTIVE COACHING

Terkait dengan penjelasan ini, William Bridges dalam bukunya “Managing Transitions”, mengatakan, bahwa Perubahan berbeda dengan Transisi. Perubahan bersifat situasional, sesuatu yang berada diluar kendali diri seseorang, seperti berubahnya struktur organisasi, munculnya pemilik usaha yang baru, perubahan regulasi dan proses kerja. Sementara, Transisi merupakan proses psikologis, reaksi yang terjadi dalam diri seseorang ketika berusaha mengatasi dan beradaptasi dengan  perubahan tersebut. Proses ini terjadi secara bertahap, yang durasinya bisa berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Bridges menyebutkan ada 3 fase yang akan dilewati, yaitu :

 

  1. Ending Phase, fase dimana individu berjuang untuk mampu merelakan hilangnya identitas, peran, wewenang, dan atau otoritas lama. Di fase ini, pertolongan sangat dibutuhkan untuk membantu individu mengatasi rasa kehilangannya.
  2. Neutral Zone, merupakan fase peralihan dimana yang lama sudah tidak ada lagi, tetapi yang baru belum tampak dengan jelas dan pasti.
  3. The New Beginning, fase dimana individu telah berhasil menemukan identitas baru, pengalaman baru, energi baru, dan tujuan baru yang akan mendorong percepatan proses perubahan dirinya.

Leader memiliki peran yang sangat penting dalam perubahan organisasi. Mereka bisa menjadi penentu bagi sukses atau gagalnya proses perubahan dalam organisasi. Akan tetapi,  bagaimana bila Leader yang berperan sebagai agen perubahan tersebut, juga menjadi individu yang secara psikologis terkena dampak dari perubahan tersebut?

Salah satu pendekatan yang sering digunakan untuk membantu para Leader ketika sebuah organisasi mengalami perubahan, adalah Program Executive Coaching. Pendekatan ini bertujuan untuk membantu para Leader memiliki kemampuan untuk membangun ketrampilan psikologis serta mengelola pola pikir dan perilakunya untuk berhasil mencapai tujuan kinerja pribadi dan organisasi, dan pada saat yang bersamaan, mampu menghadapi turbulensi terkait dengan perubahan yang terjadi dalam organisasi.

Executive Coaching ini dipahami sebagai sebuah hubungan yang terjadi antara  Klien yang memiliki otoritas dan tanggung jawab dalam sebuah organisasi,  baik pada tingkat pimpinan, manajer atau supervisi; dengan seorang profesional Coach yang menggunakan serangkaian teknik yang bersifat kognitif dan perilaku, untuk membantu Klien mencapai tujuan dalam meningkatkan kapabilitas kepemimipinan, kinerja, dan kesejahteraan mentalnya, yang semuanya digunakan untuk mencapai efektivitas organisasi (di adaptasi dari Killburg, 1996).   

Pada intinya, hubungan coaching antara Coach dan Klien ini bersifat kolaborasi. Ada tujuan yang ingin dicapai, dan menyepakati langkah-langkah tindakan untuk mencapai tujuan tersebut. Peran Coach adalah membantu Klien untuk tetap berada pada jalurnya, membantu memonitor perkembangan secara berkala, memberikan umpan balik dan pandangan intelektual serta profesional dari berbagai macam perspektif. Tanggung jawab Klien adalah memastikan bahwa rencana tindakan yang telah disepakati, akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

EXECUTIVE COACHING

Ada 3 mekanisme psikologis yang penting untuk terjadi ketika seorang Coach mendukung Leader yang berada di tengah turbulensi perubahan organisasi ini, yaitu :

 

  1. Terciptanya sebuah hubungan yang suportif dan terjaga kerahasiaannya, memberi ruang bagi Klien untuk dengan bebas mendiskusikan semua hal terkait isu personal dan profesionalnya, dimana hal ini akan dapat meredakan stress dan kecemasan yang terjadi. Ada sebuah psychological safety yang dirasakan oleh Klien disini.
  2. Proses penetapan tujuan yang berlandaskan kepada nilai-nilai diri yang paling bermakna bagi Klien, dan kekuatan niat untuk bergerak mencapai tujuan tersebut, dapat meningkatkan kesejahteraan mental, membangun self-efficacy (keyakinan diri akan kemampuannya untuk merencanakan, mengatur, melaksanakan dan menuntaskan sebuah tugas), dan mengembangkan pola pemikiran yang berfokus pada solusi.
  3. Terlibat secara aktif dan sistematis dalam proses semacam ini, ditambah dengan adanya dukungan dalam menghadapi kesulitan dan rintangan dalam situasi turbulensi, akan membangkitkan resiliensi (ketangguhan) dan menguatkan self-regulation (kemampuan untuk memahami dan mengelola perilaku dan reaksi emosi ketika menghadapi situasi tidak menyenangkan). Kedua hal ini adalah faktor yang sangat penting dalam keberhasilan mengatasi perubahan.

 

Ketiga hal diatas akan sangat berperan dalam mempengaruhi kesiapan dan keberhasilan seorang Leader dalam menghadapi perubahan, ketangguhan dalam menghadapi berbagai macam sumber stress yang muncul, dan meningkatnya kepuasan kerja dan rasa percaya diri.

Artikel Karya: Meta Trisasanti, ACC  – LCACCP 01

Scroll to Top
Scroll to Top