“Selamat telah menjadi coach internal! Sekarang kamu tidak perlu lagi menjual jasa kamu, dan kamu memiliki kumpulan klien yang siap,” kata teman coach eksternal saya dengan iri.
Apa yang mungkin tidak disadari oleh teman-teman coach eksternal saya adalah bahwa meskipun menjadi coach internal memiliki keuntungannya, hal ini juga menghadirkan tantangan unik. Mari kita hilangkan beberapa mitos umum dan beri pemahaman yang lebih jelas tentang kenyataan menjadi coach internal.
Mitos 1: Kamu tidak perlu lagi mempromosikan diri dan program coaching
Realita: Pada kenyataannya, kamu tetap perlu menunjukkan nilai dari coaching dan program coachingmu kepada pemangku kepentingan internal dan coachee. Ini melibatkan edukasi mengenai apa itu coaching dan apa yang bukan, serta memperjelas apa yang bisa dan tidak bisa dicapai melalui coaching. Banyak orang memiliki kesalahpahaman tentang coaching, seringkali melihatnya sebagai solusi cepat untuk masalah yang sebenarnya membutuhkan lebih dari sekadar coaching.
Mitos 2: Kamu lebih mengetahui seluk-beluk organisasi, sehingga bisa membimbing mereka lebih baik
Realita: Meskipun pengetahuan mendalammu tentang organisasi bisa bermanfaat, hal ini juga bisa menjadi pedang bermata dua. Sebagai coach internal, menjaga objektivitas adalah salah satu tantangan terbesar. Kamu tahu terlalu banyak tentang organisasi dan orang-orang di dalamnya! Namun, sangat penting untuk tetap netral dan menghormati kemampuan klienmu dalam membuat keputusan dan menemukan solusi mereka sendiri.
Mitos 3: Pasti mudah membangun kepercayaan dan rasa aman karena kamu adalah bagian dari mereka
Realita: Membangun kepercayaan dan kredibilitas bisa menjadi tantangan. Karyawan mungkin pada awalnya ragu untuk membuka diri kepada seseorang yang merupakan bagian dari perusahaan yang sama, terutama jika coach tersebut terkait dengan HR. Menetapkan ekspektasi yang jelas dalam perjanjian coaching dan selama percakapan awal dengan pemangku kepentingan dan coachee sangatlah penting. Pemangku kepentingan harus memahami bahwa mereka tidak akan menerima laporan detail dari setiap sesi, dan mereka juga tidak seharusnya mengharapkan akses ke konten yang bersifat rahasia, meskipun itu menyangkut masalah sensitif.
Lihat juga video Cara mengelola kegemasan seorang coach ketika sesi coaching!
Jika seseorang mengatakan kepada saya bahwa mereka ingin meninggalkan organisasi, apa yang harus saya lakukan? Haruskah saya mempengaruhi manajer mereka atau mendorong mereka untuk mencari opsi di dalam organisasi? Saya pernah memiliki coachee yang khawatir tentang masa depannya di perusahaan karena adanya PHK baru-baru ini dan bertanya-tanya apakah mereka perlu memiliki rencana cadangan. Saya mendengarkan dengan penuh empati terhadap ketakutan dan kekhawatiran mereka yang sangat nyata, dan mereka akhirnya menyusun rencana proaktif untuk memastikan mereka memberikan nilai tambah bagi perusahaan, sehingga mengamankan pekerjaan mereka.
Baca juga artikel Perbedaan Internal dan External Coach!
Diterjemahkan dari Artikel “Coaching from within: Myths vs Realities” Karya: Cindi Wirawan, LCACC – LCACCP 01