When you coach with compassion, it becomes contagious.
– Richard E. Boyatzis
Industri coaching kadang dianggap sebagai the sexiest thing in the industry. Bukan tanpa alasan. Pendapat tersebut diindikasikan dengan lahirnya professional Career Coach seiring maraknya permintaan dari coachee atau korporasi. Coba tanyakan ke sekeliling Anda: siapa yang berhasil beralih karir, siapa yang sedang mengembangkan keterampilan baru, atau siapa yang membutuhkan coach untuk meningkatkan kepercayaan dirinya. Di kesempatan lain perusahaan membutuhkan Tim atau Grup Coaching dengan topik tertentu, misalnya: menemukan keseimbangan kehidupan kerja dengan menetapkan batasan dan memeriksa prioritas, meningkatkan kualitas hubungan dan komunikasi antara atasan-bawahan, dan sebagainya.
Table of Contents
Terminologi Coaching, Coach, dan Coachee
Dari paparan di atas, kita mengenal ada terminologi coach, coaching, dan coachee. Yuk, kita bahas terminologi tersebut satu per satu.
Coaching
Coaching mengacu pada percakapan dua arah antara coach dan coachee. Sebelum melakukan coaching, coach perlu melakukan pre-coaching dan chemistry check dengan coachee-nya. Percakapan coaching yang akan dilakukan agar dibangun atas dasar hubungan sebagai mitra. Sesi percakapan tersebut menyepakati tentang agenda, ukuran keberhasilan, kerahasiaan, durasi, dan fokus pada tujuan yang ingin dicapai coachee. Setiap sesi yang difasilitasi oleh coach berorientasi pada masa kini dan masa depan.
Coach
Coach yang dimaksudkan penulis dalam artikel ini merujuk pada profesi seseorang sebagai Career Coach (“Coach”). Untuk menjalankan profesinya, ia perlu memiliki keterampilan, kompetensi, dan melandaskan profesinya pada etika yang ditetapkan oleh institusi di mana ia bernaung.
Coachee
Coachee (disebut “klien”) adalah pihak yang membutuhkan coaching.
Percakapan Coaching yang Membukakan
Apa itu coaching? International Federation of Coaching merumuskan bahwa “Coaching sebagai bentuk kemitraan dengan klien dalam proses pemikiran yang memprovokasi dan kreatif dalam menginspirasi mereka untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional mereka.”
Ina Rizqie Amalia, MCC dan Kurnia Siregar, MCC dalam buku yang berjudul “Sukses Menjadi Professional Coach”, mendefinisikan bahwa, “Coaching adalah proses perjalanan menjelajahi diri, pikiran, perasaan, yang diikuti oleh tindakan yang berasal dari dalam diri coachee melalui hubungan antara coach dan coachee (orang yang di-coach).”
Bagi penulis, coaching adalah tentang “memberi ruang, dukungan, dan strategi agar coachee/klien dapat menggali potensinya, menggunakan kekuatan yang dimilikinya, dan bergerak maju mencapai destinasinya.
Area Career Coach
Lalu, apa area cakupan yang difasilitasi oleh Career Coach? Prinsipnya, sesuai kebutuhan klien. Seorang Career Coach dengan sub-spesialisasi tertentu akan membersamai klien, misalnya untuk:
- Menjelajahi opsi dan peluang karir baru
- Menetapkan tujuan karir
- Menetapkan tujuan profesional jangka panjang
- Menemukan pijakan untuk peran baru
- Menemukan cara untuk melatih ulang dalam pekerjaan saat ini
- Menavigasi transisi karir
- Mengidentifikasi strategi baru untuk meningkatkan pengembangan karir
Lihat juga video Coaching for Career Development!
Sesi Career Coaching
Career Coach melakukan sesi percakapan coaching dengan mengajukan beberapa pertanyaan untuk menstimulasi pemikiran coachee. Dalam proses tersebut, coachee akan menemukan peluang, mengidentifikasi dan mengatasi hambatan dari dalam dirinya, memaksimalkan sumber daya dan kekuatan yang dimilikinya. Bahkan, coachee dapat menemukan cara-cara baru untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Perlu dicatat bahwa seorang Career Coach tidak mendikte, tidak memberikan instruksi atau arahan, dan tidak mengajarkan tentang bagaimana cara si coachee mencapai tujuannya (misalnya: mendapatkan pekerjaan).
Fokus Career Coaching
Career Coach akan fokus dan hadir sepenuhnya untuk memunculkan kesadaran baru dan wawasan baru si coachee. Untuk itu kerja sama, keterbukaan, dan komitmen coachee amat diperlukan. Hal ini penting agar coachee dapat menyusun rencana strategis, memilih solusi, serta memutuskan pilihan yang sesuai bagi dirinya untuk dilakukan. Dengan demikian, coachee tak sekedar meraih tujuan, namun juga memiliki otonomi kendali dalam genggamannya.
Kode Etik Career Coach
Career Coach tak hanya fasih mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada kliennya. Ia wajib memegang teguh dan mengaplikasikan Kode Etik International Coaching Federation (ICF) di kesehariannya. Career Coach juga perlu mempersenjatai dirinya dengan terus mengasah delapan kompetensi inti sesuai standar ICF:
1. Menampilkan Perilaku Sesuai Etika
2. Mewujudkan Pola Pikir Coaching
3. Menetapkan dan Menjaga Kesepakatan
4. Menumbuhkan Kepercayaan dan Rasa Aman
5. Menjaga Kehadiran
6. Mendengarkan Aktif
7. Membangkitkan Kesadaran
8. Memfasilitasi Pertumbuhan Klien.
Peran Career Coach
Career Coach harus terus menajamkan kepekaannya untuk “melihat apa yang tersirat dan menangkap yang tidak tersurat.” Sentuhlah perasaan coachee dengan memberikan apresiasi. Apresiasi yang dibarengi dengan intonasi, ekspresi wajah, gerak tubuh, dan disampaikan pada momen yang tepat diyakini dapat memberikan pancaran semangat dan tekad kuat bagi coachee. Bersiaplah untuk takjub melihat coachee Anda yang tiba-tiba merasa memiliki supersonic power setelah sesi coaching. Lalu, melesat secepat kilat dan mendarat di destinasi impiannya dengan senyum terkembang: bahagia!. Setidaknya, ekspresi itulah yang penulis tangkap setiap usai melakukan sesi percakapan coaching bersama klien. Pancaran kebahagiaan pun berpendar dua arah dan memantul ke sekeliling. What amazing!
Artikel Karya: Nitya Laksmiwati – Batch 53