Loop Institute of Coaching

Home » Artikel » Belajar Coaching
Belajar-Coaching

Belajar Coaching

Mendengarkan cerita orang lain. Itu adalah jawaban ketika ditanya hal yang saya sukai. Hal tersebut yang juga menjadi tujuan utama saya saat menentukan fakultas psikologi sebagai jurusan kuliah strata-1 dan marketing sebagai lanjutan dari perjalanan pendidikan yang saya ambil. Dimana di psikologi saya bisa mendengarkan cerita dari konseli dan di marketing saya bisa mendengar kebutuhan target market/customer.

Belajar Coaching

Memang apa yang menarik dari mendengar cerita orang lain? Sedikit bercerita lagi, saya suka belajar. Bukan, saya bukan sedang melakukan pencitraan dalam artikel ini. Definisi belajar bagi saya adalah mengetahui dan merasakan suatu hal yang baru dalam kehidupan saya. Bagi saya, melakukan perjalanan ke tempat baru adalah belajar. Mengetahui berita hari ini adalah belajar. Bahkan bermain sebuah game juga belajar untuk saya. Untuk itu, mendengar cerita atau informasi dari cerita orang lain menjadi sebuah pembelajaran untuk saya. Tidak heran saya kemudian menjadi “tempat favorit” untuk bercerita oleh beberapa teman dan kolega.

Memiliki hobi tersebut ditambah juga memiliki background psikologi, berpengalaman sebagai project manager membuat CEO kantor mengajak saya untuk ikut membantu beliau sebagai program administrator dalam project kompetisi marketing untuk pegawai bersama dengan salah satu BUMN di Indonesia. Dalam program tersebut, coaching menjadi salah satu jasa yang ditawarkan selain training dan mentoring. Kebetulan CEO saya adalah seorang certified professional coach. Disinilah awal cerita bagaimana saya mulai mengenal apa yang dimaksud dengan coaching. Awalnya saya sempat berpikir, “wah ini sih mirip dengan konseling…”

Professional Coaching Expand Beyond Executive

Terlibat dalam project ini dari awal sampai akhir membuat saya kemudian sadar bahwa coaching jauh berbeda dengan konseling. Dengan proses coaching, saya melihat betul bagaimana seorang pegawai yang tergolong masih sangat junior dan dilihat sebagai underdog dapat mengeksekusi ide dan gagasannya menjadi hasil yang kongkrit, bahkan dapat keluar menjadi salah satu juara “mengalahkan” kolega lain yang jauh lebih senior. Dimana fenomena tersebut cukup jarang ditemukan terjadi dalam organisasi BUMN yang besar.

Memangnya apa saja yang didapat oleh pegawai junior ini dalam sesi coaching?

1. Identifikasi goal yang ingin dicapai dan bagaimana cara untuk mencapainya
2. Identifikasi gap yang dihadapi untuk mencapai goal
3. Mendefinisikan short-term goal secara berkala untuk mencapai tujuan
akhir yaitu menyelesaikan project di akhir tahun
4. Evaluasi progress atau perkembangan upaya yang sudah dilakukan
5. Embrace tantangan dan kendala yang ditemukan 

Manfaat pertanyaan bermakna dalam coaching

Menjadi program administrator project tersebut selama satu tahun dan didukung penuh oleh CEO, membuat saya akhirnya berani untuk “menceburkan diri” untuk belajar menjadi professional coach di bulan Juli. Memasuki bulan ketiga dan sudah mencicipi latihan berperan sebagai seorang coach juga semakin membuktikan manfaat yang didapat dari sesi coaching. Bahkan saya dapat mengutip kalimat dari salah satu coachee yang juga teman baik saya setelah merasakan pengalaman coaching,

 

 “Wah ini sih gue bukan dikasih jawaban tapi diberi wadah untuk berpikir lebih jauh. Ibarat gue butuh ikan, gue diajak berpikir gimana cara dapat ikan, apakah lebih baik dengan membuat alat pancing atau membuat jaring dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing cara.” 

 

Jujur saya cukup terkejut mendengar kalimat itu dari sahabat saya yang dikenal sangat logis. Kalimat itu lah yang juga membuat saya semakin semangat dan yakin untuk terus belajar dan menjalani perjalanan sebagai professional coach. Untuk menyaksikan kisah sukses dan mendengar cerita hebat yang datang dari coachee yang merasakan manfaat dari sesi coaching.

Artikel karya: Anisa Intan Dinarti, LCPC – batch 37

Scroll to Top
Scroll to Top