Loop Institute of Coaching

Home » Artikel » EXECUTIVE COACHING Part 2 (Dukungan Bagi Leader dalam Menghadapi Perubahan Organisasi)
EXECUTIVE COACHING

EXECUTIVE COACHING Part 2 (Dukungan Bagi Leader dalam Menghadapi Perubahan Organisasi)

Perubahan organisasi dialami oleh sebuah perusahaan multi-nasional yang bergerak di bidang FMCG Kesehatan. Perusahaan tersebut di akuisisi oleh sebuah perusahaan multi-nasional lain yang bergerak dibidang yang sama. Kebijakan yang diambil oleh Manajemen Baru adalah pengurangan 60% dari karyawan perusahaan lama. Perubahan yang terjadi bukan hanya pada berubahnya posisi-posisi kunci dalam perusahaan, tetapi juga munculnya proses kerja, budaya dan value organisasi yang berbeda.

EXECUTIVE COACHING

Ibu TDS adalah Direktur Sales pada organisasi lama, yang tetap dipertahankan dalam struktur organisasi baru, karena kontribusi dan rekam jejak yang ditunjukkan selama ini.  Ia merupakan satu-satunya orang dari level Direksi lama yang ikut dalam organisasi baru tersebut. Walaupun tidak ada perubahan dalam jabatan dan kewenangannya, namun semua rekan kerja dan juga atasannya berasal dari organisasi baru. Bahkan para bawahannya pun semuanya berasal dari organisasi baru.  Mereka memiliki pola dan budaya kerja, kepribadian, dan nilai-nilai kerja yang sangat berbeda dengan rekan-rekan kerjanya yang lama. Antusiasme yang muncul di awal ketika bergabung dengan organisasi baru, hanya bertahan beberapa saat.  Tantangan baru terkait target pencapaian organisasi bukan hal berat baginya. Namun ketika berusaha untuk meleburkan dirinya dalam budaya organisasi baru ini, ia merasakan kegelisahan yang luar biasa. Sebagai satu-satunya wanita yang berada di posisi puncak organisasi, ia merasa tidak memiliki teman berbagi yang bisa memahami pemikiran, nilai-nilai, pola kerja dan kerja sama yang selama ini telah berhasil ia buktikan dengan baik. “It’s lonely at the top”.  Ia merasakan penurunan motivasi kerja yang sangat mengganggu kinerja dan rasa bangga dirinya akan pencapaian yang selama ini dimilikinya.

 

 

Ia kemudian mengajukan permintaan kepada atasannya untuk menggunakan jasa seorang Executive Coach dalam mengatasi masalahnya ini.

Setelah melakukan diskusi dengan Atasan, Direktur HC dan Executive Coach, disepakati bentuk dukungan yang akan diberikan kepada Ibu TDS ini, yaitu :

 

  1. Program dukungan dan pendampingan dari Executive Coach selama 3 bulan untuk 4 sesi coaching, dimulai segera setelah penanda-tanganan kontrak kerja sama pemberian jasa Executive Coaching
  2. Program dapat diperpanjng bila dirasakan bahwa Klien masih membutuhkan dukungan tambahan
  3. Mengingat tingkat kegelisahan yang dialami Ibu TDS ini, disepakati jarak antara masing-masing sesi selama 3 minggu
  4. Setiap sesi akan berlangsung selama 2 jam
  5. Pertemuan akan dilakukan secara tatap muka di kantor Klien, atau tempat lain yang disepakati bersama antara Coach dan Klien
  6. Coach akan tetap memantau perkembangan Klien di antara jarak masing-masing sesi
  7. Pada akhir sesi, atasan akan menerima laporan akan progres yang dicapai oleh Klien berupa gambaran besarnya, dan atasan akan memberikan umpan balik kepada Klien dan Coach atas hasil pengamatan dan evaluasinya terhadap perubahan yang terjadi pada diri Klien
  8. Kesepakatan tentang proses administrasi program dan pembayaran dibicarakan secara terpisah dengan Direktur HC

Memperhatikan kondisi psikologis Ibu TDS yang sedang berada dalam fase Transisi dari perubahan yang dialaminya, dan juga memperhatikan ke-3 mekanisme psikologis yang perlu hadir ketika memberi dukungan kepada Klien, maka disusunlah sebuah pendekatan Coaching yang spesifik untuk Ibu TDS.  Dalam menjalankan perannya, Coach tetap berpegang pada Kompetensi Coach berbasiskan ICF.

 

Metode percakapan coaching mengacu kepada konsep Fase Transisi Psikologis dari William Bridges, yang dipadukan dengan metode Manajemen Perubahan dari Prosci, yaitu ADKAR (Awareness, Desire, Knowledge, Ability, Reinforcement).

EXECUTIVE COACHING

Di awal percakapan, fokus ditujukan kepada Fase Transisi Psikologis yang dialami Klien. Percakapan banyak ditujukan untuk membukakan kesadaran Klien akan situasi emosi yang sedang dihadapi terkait perubahan ini. Pada umumnya, bukan perubahan itu sendiri yang sulit untuk diterima, tetapi rasa kehilangan dan kerelaan untuk melepaskan sesuatu yang selama ini sudah menjadi bagian dari dirinya, yang membuat itu menjadi berat untuk dibawa bergerak ke depan. Munculnya kesadaran akan hal apa saja yang dapat dilepaskan dan apa yang harus dipertahankan dan dibawa ke depan, memperkuat kesiapan psikologis Klien dan rasa percaya diri untuk menerima dan merangkul perubahan yang terjadi.

Setelah muncul kesadaran akan posisi psikologisnya di masa transisi, dan sudah mampu menerima realitas yang dihadapi, Klien diajak bergerak untuk melakukan evaluasi diri atas kekuatan-kekuatan karir dan pribadi, seperti people skill, leadership skill, negotiating skill, juga apa saja values pribadi yang bisa di toleransi dan apa saja yang harus tetap dipertahankan, apa yang perlu diperkuat dan apa yang harus  ditinggalkan, serta hal-hal penting lainnya yang dapat membawa kesuksesan yang lebih besar di posisinya, terkait karakteristik organisasi barunya.

Percakapan dikunci dengan penyusunan langkah-langkah strategis yang akan dilakukan, baik untuk jangka pendek, menengah dan panjang. Coach memberikan tantangan akan antisipasi hambatan yang mungkin muncul, baik dari lingkungan maupun dari dirinya, dan menantang komitmen dan akuntabilitas Klien dalam menjalankan rencana-rencana strategisnya.

Setelah 4 sesi coaching, Ibu TDS merasa sangat siap untuk memulai perjalanan barunya di organisasi baru.   Ia merasa sangat percaya diri untuk menorehkan sukses baru yang lebih cemerlang di karir ke depannya. Ketangguhan menghadapi perubahan tampak dari sikap kepemimpinannya dalam menghadapi rekan kerja dan bawahan yang semula dilihatnya sebagai berbeda dari dirinya, namun sekarang dilihatnya sebagai partner yang membantu dirinya dapat melihat sisi-sisi yang selama ini tidak tampak olehnya.  

Pembelajaran paling berharga yang ia dapatkan dari pengalaman perubahan ini adalah : ”Kalau anda tidak menyukai sesuatu, maka rubahlah itu. Kalau anda tidak bisa merubahnya, rubahlah sikap dan pola pikir Anda”.

EXECUTIVE COACHING

Umpan balik yang diberikan oleh atasannya juga sangat positif.  Ibu TDS sudah memperlihatkan semangat kerjasamanya untuk mencapai target baru organisasi, dan Tim barunya merasakan pancaran energi positif dari Ibu TDS, yang memberi dampak bagi semangat Tim.

“PEOPLE DON’T RESIST CHANGE… THEY RESIST BEING CHANGED!”

Peter Senge, the Author of the 5th Disciplines

 

SUMBER BACAAN :

  1. The Complete Guide to Coaching at Work, Perry Zeus & Suzanne Skiffington, 2008, McGraw Hill Australia
  2. Coaching for Leadership, Marshall Goldsmith & Laurance Lyons, 2006, Pfeiffer
  3. Executive Coaching, How to choose, use, and maximize value for yourself and team, Stuart Mc Adam, 2005, Thorogood Publishing Limited
  4. Maximizing the Impact of Executive Coaching, Behavior Change, Organizational Outcomes., and Return on Investment, Joy Mc Govern, PhD, Michael Lindemann, PhD, Monica Vergara, MA, 2001, The Manchester Review, Volume 6 Number 1
  5. The Efficacy of Executive Coaching in Times of Organizational Change, Anthony M. Grant, 2013, Journal of Change Management
  6. Managing Transition, Making the Most of Change, William Bridges, 2003, Perseus Printing
  7. Change Management, The People Side of Change, Jeffrey M. Hiatt & Timothy J. Creasey, 2012, Prosci Learning Center Publication

Artikel Karya: Meta Trisasanti, ACC  – LCACCP 01

Scroll to Top
Scroll to Top