Pernah dengar tentang coaching atau tahu tentang coaching?
Kali ini saya akan menjelaskannya apa itu coaching dan memberikan pengalaman saya tentang bagaimana saya menemukan values dan pengalaman belajar coaching.
Table of Contents
Relevansi Coaching dengan Konservasi Hewan Liar
Salah satu teman saya membagikan pengalamannya mengenai konservasi harimau. Sejak pertama kali proyek konservasi harimau ada di Indonesia, yaitu di tahun 1998, menurutnya, tantangan terbesar konservasi harimau bukan illegal logging, perambahan hutan, alih fungsi hutan, bahkan perburuan. Tapi, tantangan terbesar justru ada pada diri sendiri, yaitu mental ignorance.
Ia mengatakan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah besar konservasi harimau dan satwa liar lainnya itu adalah “Lakukan apa yang bisa dilakukan, secara fokus, konsisten dan memegang prinsip.” Sepertinya sepele, bukan sesuatu yang jauh dari jangkauan, itu dekat sekali dengan kita, bahkan ada di diri kita, ada di dalam kontrol kita. Lalu kenapa kemudian jadi sulit sekali?
“Dalam konservasi, Saya berusaha berpikir dalam ruang yang besar, berpikir besar, (pada) skala besar, dan berupaya memberikan legacy, karena Conservation is not about yourself, its about the animal.”
Saya memaknai ini, untuk bisa menjadi insan probiotik. Maksudnya adalah kita menjadi insan yang memikirkan kehidupan yang ‘liyan, other’s life’. Berarti kita tidak hanya memikirkan hidup sendiri, tapi memikirkan ekosistem kita.
Dari ceritanya, menunjukkan tidak banyak orang yang tahu bahwa dia punya konsistensi, ketekunan, kesungguhan mencari jalan untuk mendapatkan lebih banyak pengetahuan dan pengalaman, dan tidak diam di tempat.
Itu semua merupakan values yang sangat dahsyat. Dengan values itu dia sampai pada titiknya ini. Menurutnya, para fresh graduate yang berminat terjun ke dunia konservasi spesies memerlukan values, apapun itu, yang dipegang teguh. Values inilah penggeraknya.
Values dan motivasi yang kuat, Menurut saya sangat relevan dengan concern saya saat ini, yaitu meningkatkan kapabilitas rekan-rekan kerja saya. Saat ini saya adalah seorang pemimpin di perusahaan jasa konsultansi di bidang pengelolaan sumber daya alam, seorang CEO, seorang Direktur Utama yang seringkali jadi Chief of Everything Officer. Seorang yang mengarahkan, yang bertanggungjawab atas jalannya organisasi perusahaan agar menghasilkan angka-angka yang memuaskan para shareholder.
Saya percaya angka-angka yang baik dan memuaskan itu berasal dari dari manusia-manusia yang bekerja di belakang angka tersebut. Oleh karena itu peningkatan kemampuan mereka menjadi prioritas saya. Saya yakin, seiring dengan meningkatnya kemampuan mereka, angka-angka yang mampu dihasilkan perusahaan akan kian memuaskan.
Baca juga Artikel Meningkatkan Kinerja dan Performa Karyawan Dengan Coaching!
Teknik Percakapan Coaching FIRA
Setelah saya mengikuti pelatihan probono Leader as Coach yang diselenggarakan oleh teman saya yang sudah mengambil sertifikasi coach profesional di Loop Indonesia, saya mencoba teknik-teknik yang diajarkan agar kolega saya dapat menggali potensi yang mereka miliki dan menggunakannya untuk produktifitas dirinya.
Saya menggunakan teknik percakapan FIRA yang diajarkan. Dimana dalam percakapan coachingnya saya ajak coachee Fokus pada tujuan. Saya kemudian mengajaknya dan memprovokasinya untuk melakukan Identifikasi kesenjangan (GAP), kemungkinan (possibilities), dan solusi (Solution). Setelah itu coachee saya dorong membuat Rencana Aksi, dan membangun Akuntabilitas dan komitmen.
Hasilnya, kolega saya senang dengan adanya program ini. Coaching membantu mereka menemukan visi hidupnya. Menemukan gambar besar hidupnya dan posisinya dalam gambar tersebut. Saya juga dapat menarik benang merah dari visi hidup mereka dengan pekerjaan yang mereka lakukan di perusahaan saya.
Lihat juga Manfaat pertanyaan bermakna dalam coaching!
Aspek Penting dalam Sesi Coaching
Saat mengikuti program pelatihan professional coach yang diselenggarakan secara daring oleh Loop Indonesia. Saya tidak membayangkan akan menjadi coach profesional nantinya. Saya mengikutinya karena saya memerlukan keterampilan coaching untuk meningkatkan kinerja kolega saya. Di samping itu, coach yang memiliki latar belakang konservasi belum banyak. Menurut teman saya yang lebih dulu berprofesi sebagai profesional coach, dunia konservasi memerlukan coach profesional.
Saya terkesan sekali dengan aspek WHO yang memiliki posisi penting dalam sesi coaching. Apa yang saya maksud dengan aspek Who ini?
Aspek WHO adalah values, motivasi, emosi yang mendorong seorang coachee bertindak. Aspek WHO menjadi struktur dari tindakan-tindakan coachee. Saya mendapatkan kesan apapun tindakan yang direncanakan oleh coachee akan kurang memberikan makna dan kurang memberikan efek menggerakkan tanpa adanya aspek WHO.
Kursus professional coach ini memberikan saya bekal berharga untuk tidak melupakan aspek WHO. Menyempurnakan ilmu coaching yang pernah saya dapatkan dalam pelatihan Leader as Coach.
Artikel karya: Iis Sabahudin, LCPC – batch 37