Peran Orang Tua dalam Memahami dan Mengeluarkan Potensi Anak Melalui Metode Coaching (Parent as Coach).
Berapa banyak dari kita sebagai orang tua yang melihat anak bak objek obsesi untuk meraih mimpi tak kesampaian di masa lalu?
Berapa banyak dari kita yang khawatir dengan masa depan anak, sehingga bersikap preventif dan berlaku otoriter guna menyetir hidup anak?
Berapa banyak dari kita yang mampu memberikan anak rasa aman dan nyaman untuk memiliki hidupnya sendiri dengan memberikan kebebasan bertanggung jawab?
Anak-anak sejatinya memiliki hidupnya sendiri. Namun kebanyakan dari orang tua menganggap hidup anak juga adalah hidupnya, entah itu karena dampak yang akan terjadi setelah anak berbuat sesuatu yang akan balik berimbas pada orang tua atau memang hanya karena orang tua merasa berhak atas kepemilikan tersebut. Hingga akhirnya menjadikan orang tua lupa bahwa anak-anak juga diberi akal pikiran, rasa dan keinginan oleh Allah ‘Azza wa Jalla, yang bisa saja berbeda dari apa yang diinginkan orang tuanya.
Menyetir anak, tidak menjadikan anak lebih baik. Mengekang dan mengatur anak, harus seperti ini dan seperti itu, tanpa memberikan makna, tidak menjamin masa depan anak akan gemilang. Secara kasuistik, bisa jadi kita berhasil mengeluarkan potensi anak dengan desakan kita, tapi tahukah apa kabar buruknya? Kita gagal memahami anak. Karenanya, kita seperti memelihara bom waktu, yang menanti untuk meledak, dan boom! Yang ketika meledak, anak akan hancur, berikut potensi, harapan dan semangatnya juga akan ikut hangus, digerogoti oleh judge dan stigma kita, orang tuanya.
Lalu apa yang harus kita lakukan?
Sebagai orang tua, kitalah yang punya peranan paling penting dalam memahami dan membantu anak mengeluarkan potensinya. Hal paling mudah untuk dilakukan adalah dengan mendengarkan anak, membangun kepercayaan, bertanya dan menstimulasi pikiran anak. Diketahui, salah satu metode yang mampu mengembangkan kemampuan, mempertajam keterampilan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi adalah coaching. Kabar baiknya, langkah-langkah untuk mengeluarkan potensi anak bisa dilakukan melalui metode coaching dan orang tua hadir sebagai Parent as Coach
Coaching adalah metode belajar dari diri sendiri dan menemukan sendiri, melalui proses menggali makna dan mengeksplorasi pikiran, yang dibantu oleh seorang coach kompeten, untuk mengenali diri, membangkitkan kesadaran, mengembangkan ide-ide solusi dan memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh diri sendiri. Dengan demikian, seorang coach tidak memberi nasihat, saran ataupun arahan. Sebab seyogianya, hal itu datang dari diri sendiri.
Hadirlah istilah Parent as Coach, dimana kita bisa memposisikan diri sebagai orang tua dan sebagai coach untuk pengembangan talenta bagi anak.
Pada saat menjadi parent maka kita akan banyak mengajarkan ilmu, menanamkan adab dan mendampingi proses belajar anak, selangkah demi selangkah. Sehingga saat itu kita tidak melakukan coaching, tetapi mentoring. Kita, dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala titipkan, memberi nasihat dan arahan terkait masalah-masalah yang anak hadapi. Kita menanamkan nilai, memberi masukan dan mengoreksi kesalahan, sesuai dengan kebutuhan anak.
Pada saat menjadi coach maka kita akan menurunkan ego, mempercayai anak, mendengarkan keinginannya, memahami situasinya, menghargai keputusannya, mendorong anak untuk membuat rencana misi dan bertumbuh bersama ide-ide solusi yang anak sampaikan. No judgement, no label, no expectation. Sebab saat itu, anaklah yang menjadi bintangnya. Kita, orang tua, berdiri sebagai pendamping yang membantu anak memancarkan cahayanya sendiri.
Secara teori, tampaknya mudah saja bagi orang tua untuk menjadi coach. Namun, tetap saja proses coaching sulit dijalani ketika kita sudah berhadapan dengan sikap anak yang sungguh menantang jiwa dalam kehidupan sehari-hari. Maka sudah sepantasnya kita pun perlu belajar dan berlatih.
Berikut adalah langkah-langkah awal yang bisa orang tua lakukan untuk menjadi coach bagi anak:
1. Mendengarkan anak
Hal dasar yang perlu dilakukan orang tua adalah mendengarkan secara aktif, hadir penuh dan fokus. Orang tua mendengarkan apa yang anak katakan dan apa yang tidak dikatakannya. Hal ini berarti orang tua diharapkan juga memiliki keterampilan untuk mampu melihat dan menginterpretasi gerak-gerik, mimik muka, intonasi, perubahan emosi hingga kondisi mental anak.
2. Membangun Kesadaran Anak dengan Pertanyaan Kuat dan Efektif
Orang tua hendaknya menstimulasi pikiran anak untuk mengeluarkan potensi terbaik dalam diri anak melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengeksplorasi pikiran dan mengekspresikan rasa. Orang tua tidak dalam kondisi menghakimi, apalagi menyalahkan anak. Ketika bertanya, orang tua justru membantu anak memetakan situasi dan merangkai ide-ide solusi.
3. Mendukung anak tanpa syarat
Orang tua mendukung anak dengan sepenuh hati, dengan apresiasi dan pengakuan. Orang tua bukan seseorang yang hanya bisa mengatakan ya atau tidak saja, melainkan juga seseorang yang paham apa yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan dan mampu mengkomunikasikannya dengan keterbukaan pada anak. Alih-alih langsung memberi solusi praktis pada anak, orang tua banyak bersabar dan menahan diri, agar anak bisa berproses dan bertumbuh sesuai dengan ritme diri dan kecepatan belajarnya sendiri.
4. Memfasilitasi Proses Kemajuan Anak
Orang tua hendaknya memfasilitasi kemajuan anak. Tidak ada orang tua yang tidak menginginkan kesuksesan bagi anak-anaknya, bukan? Orang tua pastinya akan selalu berdoa agar anak-anak bisa tetap sehat, bahagia dan mampu mengatasi setiap tantangan di lingkungan sekolah, teman-teman, rekan kerja maupun dalam keluarganya. Orang tua tidak putus harapan mendoakan agar kelak anak-anak memiliki kehidupan yang bisa menginspirasi orang banyak dan tentu menginspirasi diri mereka sendiri juga. Karena itu, orang tua sebagai coach akan membersamai anak dalam proses kemajuannya.
Parent as Coach memberikan jawaban atas kegundahan para orang tua dalam menghadapi tingkah anak-anak. Dengan coaching, orang tua memberikan kepemilikan proses belajar pada anak, mendorong kemandirian dan motivasi internal anak, membuat anak mampu mengatasi segala kesulitan-kesulitan yang menghadang, secara kreatif dan positif.
Maasyaa Allaah…
Hingga kelak ketika Allah Ta’ala menakdirkan, sebagai orang tua, kita sudah tidak ada lagi di dunia ini, sudah tidak bisa lagi membersamai, anak-anak tetap bisa tumbuh dan berkembang dengan baik dalam penjagaan dan ridho Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Artikel karya: Nurmayanti Zain, LCPC – CPCP 39