Izikan saya menjabarkan bagaimana saya mengenal pengalaman teknik komunikasi Coaching. Teknik interaksi manusia yang sangat bermanfaat dalam menjalani keseharian, apalagi dalam lingkup bisnis.
Cerita tak akan cukup menggambarkan bagaimana pengalaman teknik komunikasi saya terhadap satu keilmuan yang merubah mindset saya. Berawal dari ketika saya sendiri menjadi coachee dan saya merasakan manfaatnya. Lalu saya mengajak tim saya mengenal ilmu coaching dan mereka pun dapat merasakan manfaatnya.
Orang mengenal saya sebagai sosok yang tegas, teguh pendirian, ceriwis, dominan, disiplin, dan tangguh. Lebih banyak yang mengaitkannya ke dalam arti konotasi yang negatifnya. Kemudian pengalaman teknik komunikasi coaching mengajarkan saya untuk bisa tetap tegas namun lentur. Coaching mengajarkan saya untuk bisa tetap teguh pendirian namun berwawasan terbuka. Coaching merubah saya untuk mampu ceriwis pada tempatnya. Coaching meredam sifat dominasi saya dalam percakapan ke dalam komunikasi terukur dan terencana. Coaching menguatkan pondasi saya yang sudah disiplin menjadi lebih goal oriented. Dan tentu saja coaching membentuk saya menjadi sosok yang lebih tangguh dari sebelumnya dalam kesantunan.
Awal mula menjalani keilmuan ini sangatlah sulit. Karena saya terbiasa berkecimpung dibidang ilmu eksakta. Saya terbiasa dengan mendiagnosa, mengumpulkan data laboratorium diagnostik lalu mengobati keseharan fisik. Saya tidak keberatan digigit dan dicakar oleh pasien saya. Namun kini, saya pun mempersiapkan diri untuk menerima dengan lapang jika coachee saya bercucuran air mata, baik karna terharu, tersentuh ataupun tertekan.
Cara saya menjalani keseharian kini berubah menjadi lebih tenang dan mengintropeksi diri sebelum memberikan keputusan. Mengedepankan Teknik coaching ke tim internal untuk mendapatkan solusi bagi perusahaan. Mendapatkan kepercayaan dari tim internal ini, tidaklah mudah, namun bisa. Pendekatan dari sisi coaching bisa membuat saya bisa setara dengan tim internal, tanpa ada batasan hirarki. Hal ini saya manfaatkan sebagai lahan untuk menularkan budaya coaching dalam bekerja di klinik.
Halangan terberat dari peran Leader as Coach adalah diri sendiri. Harus bisa menahan diri dari kebiasaan mengatur. harus bisa menahan ego dari kebiasaan menggurui. Harus bisa menekan emosi dari kebiasaan mengkritik.
Inti dari penjabaran pengalaman adalah betapa perjalanan saya menjadi seorang coaching profesional itu penuh liku. Namun juga penuh makna. Leader as Coach Professional adalah pilihan jalan hidup saya dalam membangun potensi diri sebagai leaders, baik dalam kehidupan bisnis dan juga dalam keseharian rumah tangga.
Nantikan kesuksesan-kesuksesan lain di masa depan, yang saya yakin akan teraih dalam penerapan Leader as Coach. Terus menantang diri untuk focus pada tujuan kehidupan, yaitu bermanfaat bagi orang sekitar.
Go..go..go.. Semoga para pembaca goresan tinta ini, turut merasakan semangat positif yang saya dapatkan dari peran saya sebagai Professional Coach, Leader as Coach.
Salam positif,
Eka
Artikel karya: Drh. Eka Dewi Wulandari, LCPC – CPCP 43