Loop Institute of Coaching

Coaching Sebagai Penerapan Gaya Kepemimpinan Transformasional di Era Milenial

Saat ini generasi milenial mendominasi pasar dan perusahaan, mereka termasuk golongan usia produktif. Generasi ini cenderung menguasai teknologi dan berpikir kreatif. Dengan demikian, coaching untuk generasi milenial dapat digunakan oleh perusahaan untuk memprovokasi pemikiran yang kreatif guna dapat mengimbangi tren pasar dan canggihnya teknologi yang membutuhkan ide kreatif. Ide-ide ini bisa didapatkan dari generasi milenial yang kreatif .

Banyak milenial di dunia usaha belum paham cara memimpin yang baik. Salah satu kelemahannya ialah cenderung gampang menerima tantangan. Lebih suka mengambil resiko namun tidak tahu arah dan tujuan dalam memimpin.

Untuk membentuk pemimpin dari kaum milenial dapat dilakukan dengan menggunakan teknik coaching sebagai teknik untuk menggali potensi/ kemampuan dan harapan .

Manfaat dilakukannya Coaching kepada pegawai/talent yang mendapatkan promosi untuk membentuk pemimpin milenial 

Coaching Generasi Z
  • Coaching untuk generasi milenial akan mampu membangun rasa hormat atau respek kepada perusahaan. Pendekatan coaching untuk generasi milenial ini sangat cocok untuk mereka sangat ingin diakui kehebatan, kontribusi, serta ide brilian mereka. Oleh sebab itu, mereka sangat merindukan untuk dilibatkan dalam berbagai proses pengambilan keputusan, bukan sebaliknya, hanya sebagai obyek keputusan. Ketika mereka dilibatkan, mereka merasa dihormati dan jika ini terjadi maka mereka akan melakukan hal yang sama, yaitu menghormati atau respek kepada atasan mereka dengan sukarela dan sukacita kepada semua pihak, baik pihak yang memimpin dalam hal ini generasi X dan Y atau pihak yang dipimpin, yaitu generasi Z atau milenial.
 
  • Coaching untuk generasi milenial dapat terus terikat secara kuat atau memiliki engagement dengan korporasi dan pemimpin mereka. Hal ini wajar terjadi akibat dari manfaat pertama di atas; yaitu ketika mereka menaruh rasa hormat dengan sendirinya, mereka akan terus menjadi bagian dari tim. Hal ini sangat penting karena salah satu isu krusial berkaitan dengan generasi milenial ini adalah bahwa sulit sekali mereka terikat secara kuat dengan pimpinan atau organisasi. Fakta bahwa banyak pegawai milenial  resign meninggalkan pemimpin / organisasi hal ini harus menjadi pertimbangan. 

 

  • Dengan adanya Coaching untuk generasi milenial yang dikhususkan, akan dapat  menyeimbangkan fungsi leading dan managing yang harus dilakukan oleh atasan langsung mereka. Fungsi leading dan managing ini juga wajib dijalankan oleh mereka generasi milenial, terutama ketika harus menyelesaikan suatu tugas atau mencapai target tertentu. Dengan coaching, kedua fungsi tersebut bisa dijalankan secara seimbang dan paralel. Sebagai dampaknya, kedua belah pihak akan semakin solid dan kompak sehingga meminimalkan friksi dan mencegah konflik.

Coaching untuk generasi milenial secara masif mampu membentuk high performance team, khususnya untuk tim yang baru terbentuk. Menurut penulis Bruce Tuckman, ada setidaknya 4 tahap bagi sebuah tim untuk terbentuk dan mampu mencapai kinerja terbaik, yaitu

  • Forming,
  • Storming,
  • Norming, dan
  • Performing.

Umumnya, tim yang baru terbentuk, khususnya jika sebagian besar dari mereka adalah generasi milenial, akan menghadapi tantangan besar pada tahap storming. Jika seorang leader gagal melewati fase tersebut, maka bisa dipastikan tim yang dipimpinnya bubar barisan, dan dia harus mulai dari awal lagi, yaitu forming alias harus merekrut tim baru lagi, dengan coaching fase storming bisa diatasi secara mulus sehingga sebuah tim akan mudah mencapai tahap performing.

PENERAPAN COACHING 

Penerapan proses coaching untuk generasi milenial  dapat mengikuti sebuah alur / tahapan dari sebuah COACHING , dengan Coaching ini akan terbantu untuk meng-coaching talent / calon pemimpin dengan lebih baik.

Model Percakapan Coaching PROCESS

Salah satu percakapan Coaching  yang populer digunakan yaitu dengan menggunakan alur / tahapan *Model Pecakapan PROCESS. Percakapan Coaching dengan PROCESS Model ini dikembangkan oleh Ina Rizqie Amalia, PCC dan M Kurnia Siregar, PCC (Loop Institute of Coaching)

 

Preparation (Persiapan)
Relationship Trust (Kepercayaan dalam relasi)
Outcome/Goal (Hasil akhir/akibat)
Creating Awareness (Menciptakan kesadaran)
Exploration (Posibilities) (Eksplorasi kebermungkinan)
Setting action (Merancang aksi)
Summary (Ringkasan)

 

Artikel karya: Sutarno, LCPC – CPCP 45

Scroll to Top
Scroll to Top